Archive for the A. BUS "EL SHADDAI" Category

A. BUS “EL SHADDAI”

Posted in A. BUS "EL SHADDAI" with tags on November 27, 2009 by mujizatajaib

Penulis (Haryadi Baskoro) bersandar di sisi sebuah bus di Johor, 2009.

”BIS EL SHADDAI”

Ketika masih duduk di bangku kuliah S-1 di UGM Yogya, saya senang mempelajari buku karya Elmer L. Towns berjudul ”Nama-nama Allah”. Buku ini mengungkap rahasia nama-nama Allah dalam Perjanjian Lama seperti Elohim, Yehovah, Adonai, Yehovah Rapha, Yehovah Nissi, El Gibbor, dan seterusnya. Melalui nama-nama itu kita mengenal Pribadi Tuhan secara lebih mendalam, serta mengerti janji-janji berkat-Nya dan perintah-perintah-Nya. Buku itu juga menjelaskan bagaimana sejarah penyataan nama-nama itu, yaitu bagaimana Tuhan mewahyukan nama-nama itu kepada para hamba-Nya di era Perjanjian Lama. Misalnya, Tuhan menyatakan nama  Yehovah Shalom (Allah Sang Damai) kepada Gideon.

Sejak remaja saya percaya bahwa Tuhan masih berbicara kepada kita sampai hari ini. Tuhan bisa memberi visi, penglihatan, mimpi, memperdengarkan suara-Nya, dan bahkan menampakkan diri (Teofani). Karena itu saya memohon supaya Tuhan menyatakan diri secara khusus kepada saya dan menjelaskan salah satu nama-Nya. Saya ingin Dia menghampiri saya dan berkata, misalnya, ”Anak-Ku, Akulah Yehovah!” Saya sangat mendambakan pengalaman seperti itu. Sebab, hamba-hamba Tuhan besar sekarang pun – Smith Wigglesworth, William Branham, Reinhard Bonnke, dll – juga mengalami rupa-rupa pengalaman supranatural dan perjumpaan illahi dengan Tuhan.

Namun, Tuhan tidak kunjung menghampiri saya, apalagi menyatakan nama-Nya. Dalam doa, puasa, dan saat teduh saya benar-benar berharap supaya Tuhan berbicara. Waktu ikut KKN (Kuliah Kerja Nyata) di Gombong, Jawa Tengah (+ 100 km sebelah barat Yogya), saya tetap merindukan pernyataan diri dari Tuhan seperti itu. Tetapi…sepertinya Tuhan tidak merespon doa saya.

Di tengah masa KKN itu, kami diperbolehkan mengambil cuti (pulang) selama 5 hari. Saya pun mengambil kesempatan itu. Pada hari yang sudah saya tentukan, saya pun pulang dengan naik bis. Pagi-pagi sebelum pulang, di tempat KKN, saya masih sempat membisikkan doa, ”Tuhan, nyatakanlah diri-Mu, nyatakanlah salah satu nama-Mu yang kudus itu padaku….satu nama saja….” Tetapi, tetap tidak ada tanda-tanda jawaban. Saya pun menuju terminal untuk pulang ke Yogya dengan bus….

Tiba-tiba, di tengah perjalanan, bus berhenti di terminal di sebuah kota. Aneh. Kondektur bus meminta saya turun sebab katanya bus yang saya tumpangi itu tidak sampai ke Yogya. Saya diminta pindah ke bus lain yang rupanya sudah siap di depan….

Sesaat sebelum masuk ke bus lain itu, saya terhenyak karena melihat tulisan yang ada di bus tersebut. Saya melihat tulisan ”EL SHADDAI” di sisi kanan, kiri, dan belakang bus tersebut. Sejenak saya termangu. Sontak saya sadar bahwa itu merupakan sebuah momen sekral di mana Roh Kudus menyingkapkan sesuatu yang illahi. Itu pasti bukan sebuah kebetulan. Yes! Hari itu saya yakin bahwa Tuhan telah menyatakan nama-Nya kepada saya, Dialah EL SHADDAI, Tuhan yang Mahakuasa. Ia telah menyatakan nama itu dengan cara yang unik. Bukan menurut cara yang saya harapkan. Bukan seperti waktu Tuhan menyatakan nama itu kepada Abraham. Ia menggunakan bus bertuliskan EL SHADDAI untuk menyatakan nama-Nya kepada saya.

Saya pun bergegas naik bus itu dengan hati yang melimpah ucapan syukur. Mata saya sembab karena rasa haru tak terperi. Ternyata sopir bus itu menaruh Alkitab di dasbor depan. Mungkin dia orang Kristen, saya tak sempat berbincang karena duduk agak di belakang. Namun, bus itu ternyata juga tidak sampai di kotaYogya. Saya pun berganti bus lainnya lagi untuk sampai ke rumah.

Di daerah Jawa Tengah pernah ada cerita misteri orang naik bus jadi-jadian. Tampak luar seperti bus biasa, tetapi isinya hantu. Ngeri! Tapi, bus yang saya tumpangi itu hanyalah bus biasa. Sopir dan para penumpangnya manusia semua. Tetapi yang luar biasa adalah momen yang diatur Tuhan sedemikian rupa, sehingga tulisan EL SHADDAI di sisi-sisi bus itu dipakai Tuhan untuk menunjukkan dan meyakinkan saya tentang nama-Nya yang kudus itu. Kini saya percaya bahwa Tuhan telah berkenan menyatakan diri kepada saya dan menyatakan salah satu nama-Nya secara khusus kepada saya. Terpujilah Tuhan EL SHADDAI!

Setelah peristiwa itu, rasanya nama EL SHADDAI menjadi semakin akrab saja dalam kehidupan saya. Mama saya rupanya senang sekali dengan lagu berjudul ”EL SHADDAI” yang demikian liriknya:

Tak usah ku takut Allah menjagaku / Allah usah ku bimbang Yesus pliharaku / Tak usah ku susah Roh Kudus hiburku / Tak usah ku cemas Dia memeliharaku / El Shaddai, El Shaddai / Allah Mahakuasa / Dia besar, Dia besar / El Shaddai mulia / El Shaddai, El Shaddai /Allah Mahakuasa / Berkat-Nya melimpah / El Shaddai

Kemudian, salah seorang rekan pelayanan saya, Hedy, senang membuat yel-yel “YESUS EL SHADDAI” bila memimpin pujian penyembahan untuk ibadah kaum muda. Hedy meneriakkan kata-kata ”Yesus EL SHADDAI” dan mengajak jemaat bertepuk tangan menurut hitungan-hitungan tertentu. Yel-yel itu bukan pesanan saya. Meskipun Hedy sering mendukung pelayanan mimbar saya dengan pujian-penyembahannya, saya tidak pernah meminta dia untuk mengkreasikan yel-yel itu.

Lagi, beberapa kaca di rumah saya di Baciro kini dilapisi semacam plastik khusus bertuliskan EL SHADDAI. Aneh. Waktu itu ada seorang hamba Tuhan yang mempunyai bisnis pelapis kaca berkunjung ke rumah. Rupanya ia memberkati keluarga kami dengan mendisain lapisan plastik khusus bertuliskan nama Tuhan itu untuk menghiasai kaca-kaca di rumah saya.

Terakhir, dalam perjalanan menuju Semarang untuk kuliah doktoral, sekali lagi saya tercengang melihat sebuah angkot bertuliskan EL SHADDAI di sisi belakangnya. Dari Yogya saya menyetir sendirian sambil berdoa serta memuji dan menyembah Tuhan. Setelah berjalan sekitar dua jam, berarti sekitar dua jam pula saya sudah berdoa dan memuji-menyembah Tuhan, tiba-tiba saya disalib angkot tersebut. Pulang kuliah, buru-buru saya membuat blog ini untuk para pembaca yang terkasih!